Dia mengajakku berkeliling, sampai pada tepat jantung rumahnya, ada rumah kaca berisi banyak kupu-kupu. Besar sekali, bisa dibayangkan bangunan ini hampir seluas lapangan bola dikelilingi dinding kaca dan penuh dengan kupu-kupu cantik warna-warni. Pantas seluruh kota berbisik-bisik membicarakannya. “Kenapa sih dia sampai harus beternak kupu-kupu sebanyak itu?” “Apa dia ga pernah kepikiran buat melepaskan kupu-kupunya sedikit demi sedikit?” “Kupu-kupu itu lepas juga dia ga akan rugi, toh udah punya semuanya” “Ah udah lah, kalau rumah kacanya retak kan dia juga yang bingung” “Buat apa juga beternak banyak kupu-kupu kalau tidak bahagia”.
Rasanya belakangan ini ‘tertawa’ menjadi kata tabu untuk diucapkan di hadapannya. Bahkan, kabar kemurungannya sudah tersebar sampai kota sebelah. Orang-orang berkali sudah mengingatkan. Memang sih, satu atau dua kupu-kupu nampak indah, tapi kalau sudah bertahun-tahun dipelihara dan hampir membuat meledak rumah kaca ya jelas lah dia yang egois itu sekarang tidak tau harus bagaimana.
Aku, yang juga memelihara kupu-kupu di dalam dada, juga tidak tau harus bagaimana.
Berawal dari hari itu, melihatmu sekilas dan tersenyum, satu kupu-kupu tumbuh di perutku. Sampai di rumah aku lanjut cari tau tentangmu pakai handphone Blackberry yang sinyalnya mentok di Edge, lalu satu kupu-kupu tumbuh lagi. Besoknya, aku berangkat pakai parfum yang banyak sekali, di jalan membuat skenario harus menyapamu pakai bahasa apa ya hmm, dan tidak terasa belasan kupu-kupu tumbuh sembari aku menunggumu lewat di koridor pagi itu. Semakin lama tau, semakin banyak oku memelihara kupu-kupu dari perut yang berterbangan sampai menggelitik dada. Bikin senyam-senyum, geli. Iya, mencintaimu terasa memelihara banyak kupu-kupu di dalam dada. Menahun, terus aku pelihara.
“Kenapa sih kamu pelihara kupu-kupu sebanyak itu di dadamu, sudah bertahun-tahun loh?” “Pernah kepikiran ga sih buat ngelepasin satu per satu kupu-kupu itu?” — aku yang egois ini juga tidak tau sekarang harus bagaimana.
You made butterflies grow in my lungs, even though they are beautiful… I can’t breath.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar